[Agronomic assessment on intercropping of sugarcane and groundnut]

English. The success of intercropping between sugarcane with other crops especially in dryland depend on the availability of irrigation facilities. In the lowland areas, land preparation was done by Reynoso system, while at dryland area using mechanic systems with engine or animal power. In sugarcane intercropping system, the intercropped - crop was not planted in every sugarcane interrow, since sugarcane need. Groundnut is one of the recommended crop for sugarcane intercropping system. The reasons are: short duration maturity, low plant height, and relatively easy to be managed. Yield of groundnut intercropped with sugarcane varies from 1.0 to 3.0 t/ha drypods and increase land productivity by 142 percent

unknown. Peluang untuk keberhasilan tumpangsari pada pertanaman tebu tergantung pada adanya fasilitas pengairan, terutama pada lahan kering. Peluang keberhasilan lainnya terdapat pada kategori tanaman tebu pertanian (plant cane), bukan tebu keprasan (ratoon). Pengolahan tanah untuk tanaman tebu di lahan sawah menggunakan sistem Reynoso dengan tenaga manusia dan di lahan kering menggunakan sistem mekanis tenaga mesin atau hewan. Pada pola bukaan tebu yang baku/standar, tanaman lain yang akan ditumpangsarikan dengan tebu hendaknya tidak ditanam pada setiap "interrow" tebu yang ada, melainkan ditanam berselang-seling. Hal ini karena tanaman tebu memerlukan tanah untuk pembumbunan, yang diambilkan dari interrow yang tidak ditanami tanaman sela. Untuk memperbesar peluang keberhasilan tumpangsari perlu dilakukan pendekatan "temporal" untuk menata saat tanam yang serasi dan pendekatan "spantial" untuk menata jarak tanam dan tata letak tanaman yang paling sesuai diantara kedua jenis tanaman tersebut. Kacang tanah merupakan salah satu tanaman yang dianjurkan untuk ditumpangsarikan dengan tanaman tebu. Beberapa alasan yang mendukung antara lain berumur relatif pendek, tinggi batangnya relatif rendah, masa tanamnya tidak spesifik dan pemeliharaan tanamannya relatif sederhana. Hasil panen kacang tanah yang ditumpangsarikan dengan tebu cukup baik berkisar 1,0-3,0 ton/ha polong kering, serta dapat meningkatkan produktivitas lahan dengan angka NKL (Nilai Kesetaraan Lahan) mencapai 1,42 atau 142 persen. Hasil-hasil tumpangsari kacang tanah dengan tanaman tebu yang cukup baik itu, masih bisa ditingkatkan lagi, bukan dengan teknik pendekatan adanya tanaman pokok dan tanaman sela, melainkan pendekatan kepada masing-masing tanaman dengan memperlakukannya sebagai tanaman pokok sesuai dengan Kultur Teknis Bakunya sendiri, disertai dengan modifikasi-modifikasi kecil untuk mengakomodasikan kepentingan tanaman lain yang berfungsi sebagai partnernya dalam tumpangsari