[Pathogenicity of Septicaemia epizootica (SE) on cattle and buffalo, clinical symptom, pathological change, reisolation, Pasteurella multocida detection by culture media and Polymerase Chain Reaction (PCR)]
1999
Priadi, A. | Natalia, L. (Balai Penelitian Veteriner, Bogor (Indonesia))
unknown. Pada pengamatan patogenesis Septicaemia epizootica, seekor sapi dan seekor kerbau masing-masing diinfeksi dengan 4x10 pangkat 8 colony forming units (CFU) kuman Pasteurella multocida B:2 secara sub cutan di daerah leher. Gejala klinis setelah infeksi diamati. Selama pengamatan, dilakukan isolasi bakteri dari darah yang berheparin dan ulas kapas lidi dari hidung (nasal swab). Kerbau mati 2 jam lebih dahulu daripada sapi. Pada pemeriksaan post mortem, perubahan patologi pada sapi dan kerbau yang diinfeksi ternyata serupa tetapi lesi pada kerbau lebih parah dibandingkan pada sapi. Kelainan terutama terjadi pada paru-paru dan bronchi. Reisolasi bakteri dan Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk P. multocida B:2 dilakukan terhadap berbagai sampel yang disimpan pada suhu kamar tanpa pengawet pada waktu 15, 35 dan 59 jam setelah kematian hewan. Sesudah 59 jam, sampel dengan kontaminasi berat ditemukan hampir pada semua sampel kecuali sumsum tulang. Reisolasi P. multocida dari sampel seperti ini sulit dilakukan tetapi PCR masih dapat mendeteksi mikroorganisme tersebut. Untuk memperbaiki daya hidup Pasteurella multocida dan menekan pertumbuhan bakteri kontaminan, media transport yang mengandung antibiotik selektif telah dikembangkan. Amikacin dan gentamicin merupakan antibiotik selektif yang baik untuk menekan mikroorganisme kontaminan
Show more [+] Less [-]AGROVOC Keywords
Bibliographic information
This bibliographic record has been provided by Indonesian Center for Agricultural Library and Technology Dissemination