Ecobiology of lupine's crop and its development possibilities in Indonesia
2002
Purnomo, J.,Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangadan Umbi-umbian, Malang (Indonesia)
English. Impact of the national development planning during several Pelita (five years dev. plan) was significant for the social live and Indonesian food consumption; from carbohydrate based to protein based. So that, improving high protein commodities not only as a food substitute but must be economical. In Indonesia, consumption of protein still varies 30-40 g/people/day, much lower than the European countries which has consumed 65 g/people/day or more. Lupine is a legume herb crop with pink, purple, white and blue flower colour, high protein content (40-50 percent) equal to soybean and cultivated in many countries and was significantly known for raising human protein consumption. Lupine seed yield varies between 0.8-4.0 t/ha, depending on the species and cultural practices. Common utilization of lupine as: substitute of wheat flour, direct consumption of boiled seed, tempe (fermented of lupine cake), silage, green manure or ornamental plant. On the hilly site lupine can be grown as common peas, sowing the seed or dibbling on the field. Lupine is also tolerant to drought or marginal area. It is the reason that lupine can be developed in Indonesia. Several common species practices are L. albus, K. luteus, L. angustifolius and L. mutabilis
Show more [+] Less [-]unknown. Dampak nyata kemajuan pembangunan selama ini adalah terjadinya perubahan cara hidup dan konsumsi masyarakat, semula terpusat kepada upaya pemenuhan karbohidrat bergeser kepada pemenuhan kebutuhan protein dan gizi. Dengan demikian peningkatan komoditi kaya protein merupakan kebutuhan yang mendesak. Di Indonesia tingkat konsumsi protein berkisar 30-40 gram/orang/hari, tertinggal dari negara Eropa yang telah mencapai 65 gram/orang/hari. Lupin merupakan tanaman kacang-kacangan kaya protein yang telah dibudidayakan di banyak negara. Kandungan protein berkisar 40-50 persen per satuan berat biji, tergolong tinggi setara dengan kandungan protein biji kedelai. Tanaman lupin tergolong perdu, berbunga kupu-kupu berwarna pink, ungu, putih, dan biru, mampu mengikat N bebas. Sistem perakaran tunggang, menyebar luas dan dalam. Batang, daun dan polong berbulu pendek dan lembut. Lupin cukup toleran terhadap kekeringan dan adaptif pada lahan kurang subur. Potensi hasil biji 0,8-4,0 ton/ha, tergantung spesies, lokasi dan cara budidaya. Tanaman lupin sebagaimana tanaman kacang-kacangan lainnya, dapat ditanam secara sebar dengan kerapatan disesuaikan tujuan. Kegunaan lupin cukup luas; tepung biji sebagai substitusi terigu, biji rebus dikonsumsi langsung, dibuat tempe; biomass segar sebagai pakan ternak (silage), pupuk hijau atau tanaman hias. Tanaman lupin memiliki peluang dikembangkan di Indonesia. Persyaratan suhu lingkungan menjadi salah satu kendala usaha di daerah tropik. Suhu optimum antara 18-30 derajat C mengisyaratkan bahwa peluang pengembangan lupin di Indonesia memerlukan daerah dengan elevasi sedang hingga tinggi sebagai daerah sasaran pengembangan. Spesies-spesies utama yang telah banyak dibudidayakan adalah L. albus, L. angustifolius, L. luteus, L. mutabilis
Show more [+] Less [-]AGROVOC Keywords
Bibliographic information
This bibliographic record has been provided by Indonesian Center for Agricultural Library and Technology Dissemination