Model usaha ternak itik dalam sistem pertanian dengan indek pertanaman padi tiga kali per tahun (IP padi 300): 2. produktivitas selama 12 bulan.
2000
Purba M. | Setioko A.R. | Murtisari T.
Penelitian dengan menggunakan ternak itik lokal (itik Tegal), telah dilakukan di dua lokasi areal pertanaman Padi IP-300, di Kabupaten Pemalang, Propinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat. Itik dipelihara dengan sistem gembala, semi intensif dan intensif, rata-rata persentase produksi telur dengan sistem gembala, semi intensif dan intensif di daerah Pemalang sebesar (34,51 persen), (54,42 persen) dan (46,11 persen). Untuk daerah Subang sebesar 31,28 persen (gembala) dan 53,25 persen (semi intensif). Pemeliharaan dengan sistem intensif di daerah Subang tidak dihitung karena semenjak produksi bulan keempat telah terjadi perubahan sistem pemeliharaan dari intensif ke sistem gembala akibat kerugian yang dialami peternak khususnya untuk pembelian pakan yang harganya relatif mahal. Jumlah keuntungan selama 12 bulan (income over feed cost) yang diperoleh peternak gembala untuk lokasi Pemalang sebesar Rp 3.123.503, atau penerimaan Rp 260.291/bulan, peternak semi intensif Rp 3.571.063 atau Rp 297.588/bulan, peternak intensif Rp 3.095.288, atau Rp 257.940/bulan. Untuk lokasi Subang, income over feed cost yang diperoleh peternak gembala sebesar Rp 3.074.077, atau Rp 256.173/bulan, peternak semi intensif sebesar Rp 3.361.167 atau Rp 280.097/bulan. Rata-rata harga telur per butir dengan sistem gembala, semi intensif dan intensif di Pemalang yakni: Rp 496,75, Rp 525,96 dan Rp 545. Di daerah Subang harga rata-rata telur per butir yakni Rp 480 (gemballa) dan Rp 496,50 (semi intensif). Jumlah angka kematian (mortalitas) selama penelitian dengan sistem gembala, semi intensif dan intensif di lokasi Pemalang masing-masing sebesar 11,60 persen; 13,17 persen dan 36 perseen. Sedangkan untuk lokasi Subang, jumlah mortallitas dengan pemeliharaan gembala dan semi intensif sebesar 117,96 persen dan 25,27 persen. Penyebab kematian umumnya adalah penyakit lumpuh maupun termakan racun melalui bangkai tikus dan bangkai ular sawah. Tingginya angka kematian dialami peternak intensif di Pemalang (36 persen) dan peternak semi intensif di Subang (25,27 persen) semata-mata tidak seluruhnya mati akibat penyakit, namun sebagian besar adalah akibat hilang (dicuri).
Show more [+] Less [-]AGROVOC Keywords
Bibliographic information
This bibliographic record has been provided by Wolters Kluwer