[Improvement of upland rice and maize based farming system among coconut plant]
1999
Joseph, G.H. | Mangkey, A. | Tamburian, Y. | Saroinsong, B. | Polakitan, A. (Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, Kalasey (Indonesia))
Inglés. In North Sulawesi coconut is usually cultivated as monoculture, so that the income of every unit area is still low. The land under coconut are potential to be cultivated. Most farmer have been used the land under coconut commercially, but still not economically and based on agroecosystem oriented. Based on resource and potential technology, farming system can be improved more intensive, with improved technology introduction, so it increases economic value two or three times. The purpose of research was to design model of coconut farming system with upland rice and corn, to introduce technology package that can increase cropping efficiency and upland rice and corn's productivity, to develop the relationship between farmers and private sector, and to find the information on technical and non technical aspects as base for developing coconut-based farming system. The assessment was conducted for four years. The result showed that farming system with upland rice and corn introduction gave profit higher than improved technology and farmer technology. The productivity of coconut monoculture was 1.1 ton copra/hectare/year with price 1500 rupiah/kg, and gave net income 1.087.00/hectare/year. Polyculture farm with upland rice introduction between coconut increased income 4.593.500 rupiah/hectare or increased 73.07 percent (introduced technology), 3.224.500 rupiah/hectare or increased 61.53 percent (improved technology) and 2.152.000/hectare or increase 42.52 percent (farmer's technology). Beside upland rice, it also introduced corn as intercrop that could increase income 2.809.000 rupiah/hectare or increased 55.67 percent (introduced technology), 2.206.500 rupiah/hectare or increased 43.94 percent (improved technology), and 1.171.500 rupiah/hectare or increased 28.19 percent (farmer's technology)
Mostrar más [+] Menos [-]desconocido. Tanaman kelapa di Sulawesi Utara umumnya dikelola secara monokulture. Akibatnya, nilai pendapatan yang diperoleh per satuan areal unit usahatani kelapa relatif rendah. Lahan dibawah kelapa potensial diusahakan untuk tanaman sela dan ternak. Sebagian petani telah memanfaatkannya secara komersial, tetapi belum berorientasi agroekosistem dan ekonomi. Berdasarkan potensi sumberdaya dan teknologi yang tersedia sistem usahatani ini masih dapat diperbaiki kearah yang lebih intensif disertai introduksi teknologi anjuran secara spesifik dalam skala ekonomi yang luas dan komersil sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi 2-3 kali lipat. Tujuan kegiatan yaitu merancang bangun model sistem usaha pertanian berbasis kelapa dengan introduksi komoditas unggulan padi gogo dan jagung, memperkenalkan paket teknologi yang diharapkan mampu meningkatkan efisiensi usaha pertanian dan produksi komoditas padi gogo dan jagung serta mengembangkan pola hubungan kemitraan yang saling mendukung, membutuhkan dan menguntungkan antara petani dan pengusaha mitra, memperoleh informasi aspek teknis dan non teknis sebagai landasan pengembangan sistem usahatani berbasis kelapa berwawasan agribisnis melalui rekayasa sistem usahatani. Pelaksanaan pengkajian memerlukan waktu 4 tahun. Hasil pengkajian T.A. 1998/1999 menunjukkan sistem usahatani dengan introduksi padi gogo dan jagung memberikan kontribusi keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi yang diperbaiki dan teknologi petani. Produktivitas lahan pada usahatani kelapa monokultur adalah rata-rata 1,1 ton kopra/tahun dengan tingkat harga Rp. 1.500/kg kopra diperoleh pendapatan bersih Rp. 1.087.000/ha/tahun. Sedangkan dengan usaha polikultur dengan mengintroduksi padi gogo diantara kelapa peningkatan kontribusi pendapatan yang diberikan menjadi Rp. 4.593.500/ha atau meningkat 73,07 persen (teknologi introduksi), Rp. 3.224.500/ha atau meningkat 61,53 persen (teknologi diperbaiki) dan untuk teknologi petani sebesar Rp. 2.152.000/ha atau meningkat 42.52 persen. Pada pengkajian ini selain mengintroduksi padi gogo, juga dilakukan introduksi tanaman sela yang lain berupa jagung yang memberikan kenaikan pendapatan sebesar Rp. 2.809.000/ha atau meningkat 55,67 persen (teknologi introduksi), Rp. 2.206.500/ha atau meningkat 43,94 persen (teknologi diperbaiki) dan Rp. 1.711.500/ha atau meningkat 28.19 persen untuk teknologi petani
Mostrar más [+] Menos [-]Palabras clave de AGROVOC
Información bibliográfica
Este registro bibliográfico ha sido proporcionado por Indonesian Center for Agricultural Library and Technology Dissemination