Sistem Integrasi Ternak Kambing Pedaging, Tanaman Singkong, dan Ikan Gurami di Lampung (SIKASIGULA) | Integration System of Meat Goats, Cassava Plants, And Gourami Fish in Lampung (SIKASIGULA)
2025
Fanani, Anhar Faisal | Fuah, Asnath Maria | Wiryawan, I Komang Gede | Salundik | Rahayu, Sri
Ternak kambing memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan domestik, serta terbuka untuk ekspor ke negara tetangga yang belum terpenuhi. Terbatasnya lahan, manajemen, modal dan teknologi menjadi kendala produktivitas kambing yang rendah. Masalah pokok rendahnya produktivitas kambing disebabkan karena ketersediaan sumber pakan, minimnya kualitas nutrisi pakan terutama pada saat musim kemarau. Pengelolaan ternak dan tanaman yang cenderung bersifat subsektoral dan berkurangnya lahan produktif juga menjadi masalah. Solusi yang dapat diadopsi adalah dengan integrasi kambing dan singkong. Penelitian ini bertujuan membangun model integrasi kambing dan tanaman singkong di Kawasan pertanian untuk meningkatkan pendapatan petani. Tujuan khusus penelitian adalah: 1)Menganalisis kapasitas tampung ternak kambing berdasarkan luas lahansingkong di Lampung, 2) Mengevaluasi produksi dan kualitas limbah tanamansingkong dengan pemupukan menggunakan vermikompos kambing dan strategidefoliasi, 3) Mengevaluasi ransum pakan komplit berbasis limbah tanamansingkong pada performa kambing pedaging, 4) Mengevaluasi kelangsungan hidupikan gurami yang diberi pakan cacing sutera dan cacing tanah yang berasal darilimbah kambing, 5) Analisis pendapatan dan simulasi model integrasi ternak-tanaman menggunakan sistem dinamis. Penelitian yang dilakukan dibagi menjadi tiga tahap. Tahap 1: Identifikasi potensi sistem integrasi ternak kambing dengan tanaman singkong dengan melakukan survei lapangan untuk mengetahui Indeks Konsentrasi Produksi Pakan (IKPP) limbah tanaman pangan, Daya Dukung Limbah Tanaman Pangan (DDLTP), kapasitas peningkatan ternak ruminansia dan analisis location quotient (LQ). Tahap 2: Penelitian kaji terap pertama yakni mengevaluasi produktivitas tanaman singkong menggunkan bibit singkong varietas garuda berupa stek yang dipotong dengan panjang 22-25cm sejumlah 15.624 stek ha-1. Menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 3 x 2. Faktor pertama yaitu tanpa pupuk organik, 2,5 ton ha-1 BK pupuk kambing, dan 2,5 ton ha-1 BK vermikompos, sedangkan faktor kedua adalah tanpa defoliasi dan dengan defoliasi. Pupuk kimia diberikan dengan dosis 500kg ha-1. Pengamatan difokuskan pada produksi dan kualitas limbah hasil tanaman singkong sebagai sumber pakan. Kegiatan uji kedua produktivitas kambing pedaging menggunakan kambing jantan lokal (PE/rambon) dengan bobot 23,19±1,75 kg kisaran umur 12-15 bulan sejumlah 24 ekor. Pengujian ini dengan perlakuan pemberian tajuk singkong secara berurut 0%, 10%, 20% berbasis bahan kering (BK) selama 14 hari adaptasi dan 90 hari pengujian untuk pengamatan koefisien teknis. Uji ketiga evaluasi larva gurami soang sebanyak 16.000 ekor. Empat kolam beton dengan lapisan plastik dengan dua kolam didesain resirkulasi yang dilengkapi chamber fisik dan kimia. Penelitian menggunakan 4 perlakuan sebagai berikut: P0: non sirkulasi dengan pakan cacing sutera; P1: pakan cacing sutera dengan kolam resirkulasi; P2: non sirkulasi dengan cacing sutera substitusi pakan cacing tanah; dan P3: pakan cacing sutera substitusi cacing tanah dengan resirkulasi. Pengamatan yang dilakukan adalah daya hidup. Koefisien teknis diperoleh dari penelitian uji terap dan ditabulasikan sebagai dasar dalam pengembangan model. Tahap 3: Analisis pendapatan dan model dinamis yakni dihitung berdasarkan penerimaan, total biaya, serta rasio R/C. Perangkat lunak Powersim Studio versi 10 digunakan untuk menyusun causal loop diagram (CLD) dan flow chart, diikuti dengan analisis sistem dinamik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa IKPP berada pada daerah Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Utara, Tulang Bawang, dan Tulang Bawang Barat. DDLTP tajuk singkong tertinggi 31,6% terkonsentrasi di Lampung Tengah. Daya dukung limbah tanaman sebesar 193.420 ST, sehingga kapasitas peningkatan populasi ternak sebesar 50.448 ST. Analisis LQ yang diperoleh sekitar 66,7% wilayah di lampung merupakan basis ternak kambing. Produksi pupuk asal kotoran kambing tertinggi diperoleh Lampung Selatan sekitar 24,5% dari total wilayah Lampung. Tidak ada interaksi antara pupuk organik dan defoliasi terhadap kandungan nutrien pada limbah tajuk singkong. Faktor pupuk organik mempengaruhi (p<0,01) biomassa tajuk, daya dukung, dan komposisi daun. Defoliasi mempengaruhi kandungan nutrien, karakteristik produksi, struktur tajuk singkong dan kadar pati (p<0,01), tetapi tidak pada total digestible nutrien (TDN), produksi umbi dan jumlah umbi pertanaman. Produksi tajuk tanaman singkong dengan pemupukan vermikompos 2,5 ton ha-1 BK memperbaiki komposisi dedaunan disertai strategi pemanenan defoliasi mampu meningkatkan produksi biomassa tajuk sebesar 18,4%, meningkatkan produksi PK sampai 79,5%, dan menurunkan SK sampai 16%, sehingga metode budidaya ini dapat dikembangkan untuk kebutuhan pakan ternak dan masih memiliki nilai ekonomis panen umbi. Hasil pengujian kambing pedaging dengan level tertinggi pemberian tajuk diperoleh pertambahan bobot badan (PBB) 8,71 kg dan pertambahan rata-rata harian (PBBH) 96,78 g hari-1 lebih besar (p<0,01) dibandingkan kontrol. Selain itu, terdapat efek pada populasi protozoa yakni 6,62 CFU ml-1 dengan peningkatan perlakuan, namun tidak diikuti penurunan pada NH3 dan CH4 (p>0,05). Peningkatan kadar VFA sampai 81,27 mmol L-1 dan glukosa darah terlihat dengan pemberian pada level tertinggi. Rasio gain:feed (G:F) menjadi lebih baik (p<0,01) diikuti penurunan konversi sampai 14,9% dengan peningkatan kadar tajuk limbah tanaman singkong. Secara umum performa pertumbuhan dan fungsi rumen dengan kadar tajuk dan limbah industri dapat digunakan untuk kambing jantan tanpa efek buruk apapun. Penggunaan cacing tanah hasil vermikompos kotoran kambing sebagai substitusi cacing sutera pada masa pendederan gurami tidak menggangu pertumbuhan dan lebih optimal jika dengan kolam sirkulasi yang memperoleh daya hidup sebesar 78,95% dan grade ikan besar paling tinggi yakni 54%. Hasil pendapatan dengan sistem integrasi diperoleh Rp 118.275.837 dan R/C rasio pada integrasi singkong, kambing, dan gurami sebesar 1,27. Hasil penelitian dengan simulasi strategi integrasi menggunakan sistem dinamis yang mengoptimalkankan pemanfaatan sumber daya setempat dengan kepemilikan lahan 0,5 ha menunjukkan kombinasi skala usaha diperoleh yakni kambing 65 ekor, produksi singkong 16,7 ton, jumlah gurami 17 ribu ekor, produksi tajuk 2,28 ton BK, dan pendapatan Rp 42.260.356 per tahun.
Afficher plus [+] Moins [-]Goat farming is potential to meet domestic demand of meat and also open to be exported to neighboring countries which is lack supply. Limited land, management, capital, and technology are barriers to goat productivity. The primary issues affecting low productivity are the availability of feed sources and the low nutritional quality of feed, especially during the dry season. Livestock and crop management, which tend to be subsectoral, along with decreasing productive land, are also challenges. A possible solution is the integration of goats with cassava. This study aimed to develop an integration model of goat and cassava cultivation in specific regions to increase farmers' income. The specific objectives were: 1) Analyze the capacity of goat livestock based on the area of cassava land in Lampung, 2) Evaluate the production and quality of cassava plant waste with fertilization using goat vermicompost and defoliation strategy, 3) Evaluate complete feed rations based on cassava plant waste on the performance of beef goats, 4) Evaluate the survival of gourami fish fed with silkworms and earthworms derived from goat waste, 5) Analysis of income and simulation of livestock-plant integration models using dynamic systems. The research was conducted in three phases. Phase 1: the potential for integrating goat farming with cassava was identified through field surveys to measure the Feed Production Concentration Index (IKPP) of crop waste, the carrying capacity of crop waste (DDLTP), stocking capacity, and location quotient (LQ). Phase 2: The first applied research was to evaluate the productivity of cassava plants using cassava seedlings of the Garuda variety in the form of cuttings cut with a length of 22-25 cm, amounting to 15,624 cuttings ha-1. The first factor is type of organic fertilizer composed of no organic fertilizer, 2.5 tons ha-1 dry goat manure, and 2.5 tons ha-1 dry vermicompost, while the second factor was defoliation with and without defoliation. Chemical fertilizer was applied at 500 kg ha-1 in all plots. Observations focused on the production and quality of cassava waste as feed. The second test was goat productivity evaluation used 24 local male goats (PE/rambon) with an average weight of 23.19±1.75 kg and age 12-15 months, was evaluated using cassava tajuk portions in diet at 0%, 10%, and 20% dry matter (DM) over a 14-day adaptation period and 90 days of data collection. The third test was gouramiproduction. The evaluation involved 16,000 gourami larvas, housed in four plastic-lined concrete ponds, with two designed for recirculation. The study used fourtreatments: P0: non-recirculating with tubifex worms; P1: tubifex worms withrecirculation; P2: non-recirculating with earthworm substitution; and P3:earthworm substitution with recirculation. Observations focused on survival rates.Phase 3: Revenue analysis and dynamic model, which is calculated based onrevenue, total costs, and R/C ratio. Powersim Studio version 10 software was usedfor causal loop diagrams (CLD) and flowchart design, followed by dynamicsystems analysis. The results showed that IKPP was concentrated in Central Lampung, East Lampung, North Lampung, Tulang Bawang, and West Tulang Bawang. The highest tajuk carrying capacity of cassava was 31.6% in Central Lampung. Crop waste carrying capacity was 193,420 AU, allowing a goat population increase of 50.448 AU. LQ analysis showed that approximately 66.7% of Lampung is a goat farming base area. The highest goat manure fertilizer production was recorded in South Lampung, at about 24.5% of Lampung. There was no interaction between organic fertilizer and defoliation on nutrient content in cassava crown waste. Organic fertilizer factors affected (p<0.01) crown biomass, carrying capacity, and leaf composition. Defoliation affected nutrient content, production characteristics, cassava crown structure and starch content (p<0.01), but not on total digestible nutrients (TDN), tuber production and number of tubers per plant. Cassava crown production with vermicompost fertilization of 2.5 tons ha-1 BK improved leaf composition accompanied by a defoliation harvesting strategy that was able to increase crown biomass production by 18.4%, increase PK production by 79.5%, and improve SK by 16%, so this cultivation method can be developed for animal feed needs and still has economic value of tuber harvest. The results of the test on goat meat production with the highest level of cassava canopy administration obtained a body weight gain (PBB) of 8.71 kg and an average daily gain (PBBH) of 96.78 g day-1 greater (p <0.01) compared to the control. In addition, there was an effect on the protozoa population, namely 6.62 CFU ml-1 with increasing treatment, but not followed by a decrease in NH3 and CH4 (p>0.05). An increase in VFA levels of up to 81.27 mmol L-1 and blood glucose was seen with administration at the highest level. The gain:feed (G:F) ratio became better (p <0.01) followed by a decrease in conversion of up to 14.9% with an increase in the level of cassava waste canopy. In general, growth performance and rumen function with canopy and industrial waste levels can be used for male goats without any adverse effects. The use of earthworms from goat manure in vermicompost as a substitute for tubifex worms in the gourami nursery phase did not hinder growth and is more optimal if used in a recirculating pond, achieving a survival rate of 78.95% and the highest grade of large fish at 54%. The benefit results with Income obtained from the integration system of cassava, goats and gourami were Rp 118,275,837 with R/C ratio was 1.27. The study's simulation strategy using a dynamic system with 0.5 ha of land ownership showed a business scale combination with 65 goats, cassava production of 16.7 tons, 17,000 gourami, tajuk production of 2.28 tons DM, and an income of Rp 42,260,356 per year.
Afficher plus [+] Moins [-]Sponsor beasiswa program BPPDN dan sponsor penelitian dari Kemenristek/ BRIN melalui skema PDD
Afficher plus [+] Moins [-]Mots clés AGROVOC
Informations bibliographiques
Cette notice bibliographique a été fournie par IPB University in The City of Bogor (formerly Bogor Agricultural University)
Découvrez la collection de ce fournisseur de données dans AGRIS