Study on the relationship between selection criteria used at seedling nursery and clone trials of rubber
1997
Suhendry, I. | Azwar, R. | Woelan, S. (Pusat Penelitian Karet, Medan (Indonesia))
英语. The lenghty breeding cycle (25-30 years) of Hevea rubber must be overcomed by using accurate selection criteria for young plant. A study on the relationship between selection criteria in nursery and clone trial was carried out to select the most accurate selection criteria for early selection. Materials used in this study was the seedling evaluation trial of the 1987/88 hand pollination. Out of 384 genotypes available in the population, 75 genotypes were selected at two years old. The selected genotypes were tested in the 1993 small scale clone trial with two trees per plot and 5 m by 5 m planting space. Variables at seedling nursery were also observed at three years old plants. Correlation coefficient between selection criteria used in seedling stage and clone trial stage was performed to find the best criteria for early selection. The results showed the girth in seedling nursery was correlated significantly with (r = 0.225) the girth of clonal population at the same age. The bark thickness in seedling stage was not correlated with bark thickness in clonal stage. Bark anatomical characteristics in seedling stage appeared to change in clonal stage. Total solid content (TSC) and sucrose content at seedling stage were correlated significantly with clonal stage, and could be used as selection criteria. At seedling stage latex flow character had greater contribution (37.18 percent) to yield than did the latex physiological character (10.42 percent). The largest contribution came from production index and followed by pluging index (12.19 percent). Physiological attributes which had significant contribution to yield were sucrose content (6.52 percent) and TSC (2.63 percent)
显示更多 [+] 显示较少 [-]未知. Masalah lamanya daur seleksi pada tanaman karet (25-30 tahun) perlu diatasi dengan menemukan kriteria seleksi yang akurat diterapkan pada tanaman berumur muda. Tahap seleksi yang sangat kritis adalah pada tahap pemilihan genotipe unggul yang akan diklonkan (ortet) dari populasi semaian hasil persilangan (F1) dan tahap pengujian potensi keunggulan klon dari genotipe terpilih. Seberapa jauh pengaruh dan hubungan peubah seleksi pada populasi semaian F1 dengan keragaannya setelah menjadi klonal dipelajari pada penelitian ini. Sebanyak 384 semaian hasil persilangan tahun 1987/88 ditanam dalam satu populasi dengan jarak tanam 1 m x 1 m di KP Sungei Putih. Pada populasi ini dilakukan seleksi massa dengan kriteria seleksi lilit batang, tebal kulit, jumlah dan diameter pembuluh lateks, produksi karet kering, dan kadar karet kering pada saat tanaman berumur dua tahun. Dari populasi ini terpilih 75 genotipe yang kemudian diklonkan dan ditanam pada plot uji pendahuluan. Masing-masing klon ditanam sebanyak 10 pohon dengan jarak 4 m x 5 m. Pada uji pendahuluan diamati parameter yang sama dalam beberapa tingkat umur, ditambah beberapa sifat aliran lateks dan fisiologi lateks pada saat tanaman berumur 3-3.5 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lilit batang di populasi semaian berkorelasi (r = 0.225) hanya dengan lilit batang klonal yang berumur hampir sama. Tebal kulit saat semaian tidak berkorelasi nyata dengan tebal kulit setelah menjadi klonal. Korelasi yang positif dan nyata menyebabkan lilit batang dan tebal kulit merupakan ciri penting untuk menghasilkan pohon karet yang memiliki volume kayu log dan biomassa tinggi. Sifat anatomis kulit yang digambarkan oleh jumlah dan diameter pembuluh di populasi semaian kelihatannya berubah setelah menjadi klonal. Adanya korelasi yang kuat antara jumlah pembuluh dengan kerapatan pembuluh (r = 0.338) dan antara kedua peubah ini dengan produksi (masing-masing r = 0.233 dan r = 0.352) memberikan petunjuk bahwa kerapatan pembuluh merupakan peubah seleksi penting sejak di semaian, serta dapat menggantikan peubah diameter pembuluh lateks yang tidak berkorelasi dengan produksi baik ketika di populasi semaian maupun populasi klonal. Kadar karet kering dan total solid content (TSC) juga merupakan peubah penciri yang baik sejak di populasi semaian untuk memperoleh gambaran tentang tanaman yang berproduksi tinggi. Pada tanaman muda, kontribusi sifat aliran lebih besar (37.18 persen) terhadap produksi dibandingkan sifat fisiologis lateks (10.42 persen). Kontribusi paling besar dari sifat aliran lateks berasal dari indeks produksi (23.32 persen) kemudian indeks penyumbatan (12.19 persen), sedangkan peubah fisiologis yang paling besar kontribusinya terhadap produksi adalah kadar sukrosa lateks (6.52 persen) berikutnya TSC (2.63 persen)
显示更多 [+] 显示较少 [-]