[Study of beef cattle farming characteristic integrated with smallholder coconut plantation in North Sulawesi (Indonesia)]
1999
Paat, P.C. | Torar, F.S. | Pajow, S.K. (Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, Kalasey (Indonesia))
英语. In the early of 1990's decade, Indonesia began to increase import of beef cattle and its meat and products. It is indicates that the increasing of demand of beef meat in Indonesia is higher than domestic supply. One of the problem solution is improvement of integration of beef cattle under coconut plantation that was conducted by farmers for a long time ago which still only subsisten. This research was conducted to overcome some important information about the profile of beef cattle integrated with coconut plantation for formulation some alternative technology components required for improvement of beef cattle under coconut. Methodology is survey, includes desk study of some secondary data and interview technique for primary data from two selective districts that are Minahasa and Bolaang Mongondow, which purposive sampling for 40 respondents of each. The results showed that average of beef cattle integrated in coconut plantation is only 2.8 head per farmer. The commonly purpose is drought animal power and breeding program, a total cattle of born per year is the same as a total of cattle sale per year. Although the management of beef catte was only traditional, however, the average of labour supplied by farmer is 1.35 head per day with 1.7 hours duration per day (includes rotational grazing, drenching, watering and sanitation). The feedstuffs offered are native pasture forages under coconut, some agricultural by-products, and maize for feed supplement. From native pasture, it is only 30 percent of vegetations that edible for cattle, the other are weeds. In conclusion, the chanses for improvement of beef cattle under coconut plantation are improvement of native pasture under coconut by replace some or all native vegetation with high quality and high production forages (includes forages for grazing, cut and carry system and STS system) and increase of beef cattle farm size. All of the technology components are conservative orientied and adaptive for coconut plantation in North Sulawesi agro-ecosystem
显示更多 [+] 显示较少 [-]未知. Pada awal dekade 1990-an Indonesia mulai meningkatkan impor sapi potong dan produk olahannya. Hal ini menandakan bahwa laju permintaan produk peternakan sapi tidak dapat diimbangi oleh pasokan dalam negeri. Untuk mengatasi masalah tersebut antara lain adalah menggalakkan integrasi sapi dengan perkebunan kelapa yang sudah lama dirintis petani. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi tentang karakteristik usaha sapi yang diintegrasikan dengan perkebunan kelapa serta merumuskan komponen teknologi alternatif yang akan diuji-terapkan untuk mendapatkan pola usaha sapi dengan perkebunan kelapa berproduksi tinggi serta berwawasan konservasi lahan. Metodologi penelitian adalah survei dengan mengkaji data sekunder (desk study) dan mengumpulkan data primer melalui teknik wawancara pada dua Kabupaten terpilih yaitu Minahasa dan Bolaang Mongondow dengan masing-masing 40 responden yang ditentukan secara purposive yaitu petani pemilik perkebunan kelapa dan sekaligus peternak sapi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah sapi yang diintegrasikan dengan perkebunan kelapa pada kedua Kabupaten adalah rata-rata 2,8 ekor per petani. Tujuan pemeliharaan adalah menggabungkan antara usaha ternak kerja dan usaha pembibitan dimana terjadi perimbangan antara jumlah yang lahir dengan yang dijual. Walaupun sudah baik yaitu rata-rata 1,35 orang per hari dengan waktu yang digunakan adalah rata-rata 1,7 jam (meliputi memindahkan tempat, menambahkan sapi, memberi minum, memandikan dan merawat). Jenis pakan yang dimakan adalah hijauan yang tumbuh pada pastura alam di bawah pohon kelapa dan kadang-kadang limbah pertanian seperti jerami jagung. Pada pastura alam ternyata hanya 30 persen yang dapat dimakan ternak sedangkan sisanya adalah gulma. Dapat disimpulkan bahwa peluang pengembangan sapi potong yang diintegrasikan dengan perkebunan kelapa adalah terletak pada pemeliharaan mutu pastura dengan hijauan unggul baik jenis gembala maupun potongan, peningkatan skala pemeliharaan sapi. Komponen teknologi pengembangan pastura unggul seperti pastura grazing dan Sistem Tiga Strata yang dimodifikasi agar tidak mengganggu bahkan menyokong produksi kelapa dan menjaga kesuburan tanah perlu diadaptasikan guna mendapatkan alternatif komponen teknologi yang teradaptasi pada agroekosistem Sulawesi Utara
显示更多 [+] 显示较少 [-]