[Cultivation of Sauropus androgynus using seed as planting materials]
2002
Rahardjo, M. | Sudiarto((Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor (Indonesia)))
Budidaya katuk (Sauropus androgynus Merr.) pada umumnya menggunakan bahan tanam setek. Penggunaan setek dalam 1 ha cukup besar, lebih kurang diperlukan 250.000 setek, sehingga penyediaan bahan tanam merupakan salah satu komponen budidaya yang cukup mahal. Berdasarkan hal tersebut, telah dicoba bertanam katuk dengan menggunakan biji sebagai bahan tanam. Biji katuk diperoleh dari koleksi Balittro. Terdapat 6 tingkat kemasakan benih yang diuji. yaitu(1) masak fisiologis (hitam), (2) masak fisiologis disimpan 3 hari, (3) masak fisiologis disimpan 5 hari, (4) lewat masak fisiologis (hitam pecah), (5) sebelum masak fisiologis (coklat kehitaman), dan (6) sebelum masak fisiologis (coklat kehijauan). Percobaan disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Setiap perlakuan dalam ulangan terdapat 200 biji yang disemaikan secara berbaris di dalam bak plastik. Setelah umur 1 bulan bibit dipindahkan ke polibag yang berkapasitas seperempat kg, kemudian setelah 2 bulan bibit yang vigor dipindahkan ke polibag yang berkapasitas 10 kg. Pengamatan yang dilakukan adalah viabilitas benih dan akumulasi simplisia. Viabilitas benih yang tertinggi adalah pada tingkat masak fisiologis, pada hari ke-30 setelah ditabur (STD) daya berkecambahnya 94 persen, pada hari ke-20 STD (63,7 persen), dan pada hari ke- 15 STD (33,05 persen). Benih katuk tergolong benih rekalsitran, pada tingkat masak fisiologis benih dapat disimpan hingga 3 hari dengan daya kecambah 82,4 persen. Tanaman dapat dipangkas pertama kali (dipanen) setelah dipindahkan dari pembibitan, kemudian dapat dipanen setiap satu setengah bulan. Akumulasi simplisia kering dan kadar protein pada panen ke I, II dan III masing-masing berturut-turut adalah 6,8 g10,35 g/tanaman, serta 48,4449,62 dan 47,81 persen.
显示更多 [+] 显示较少 [-]