[Assessment of chilli postharvest handling performance at each marketing channel on the chilli quality distributed in Jakarta (Indonesia) market]
2012
Waryat.; Sulihanti, S.(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta (Indonesia))
Produk hasil pertanian khususnya sayuran dan buah-buahan mudah mengalami kerusakan (perishable). Kerusakan dapat terjadi karena faktor fisiologis, fisik, kimia, parasitik, maupun mikrobiologis. DKI Jakarta merupakan wilayah dengan kondisi yang sangat spesifik bila dibandingkan dengan propinsi-propinsi lain. Dan sekitar 650 km2 wilayah daratan propinsi DKI Jakarta, hanya 13 persen yang merupakan lahan pertanian dan umumnya didominasi oleh suasana perkotaan. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui presentase tingkat kehilangan/kerusakan cabai pada setiap tingkat rantai pemasaran dan mengidentifikasi penyebab kehilangan/kerusakan mutu cabai. Pengkajian akan dilaksanakan di pasar-pasar induk yang menjadi tujuan pemasaran produk cabai dan kol di DKI Jakarta. Sedangkan lokasi kegiatan untuk produsen penghasil Jawa Tengah dan Yogyakarta. Pengkajian dilaksanakan melalui survei dengan respondenya adalah petani produsen pedagang pengumpul, pedagang besar, pengecer. Analisis deskriftif dilakukan untuk menganalisa jalur distribusi tingkat kehilangan kualitatif serta keragaan dari struktur distribusi. Jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 47 orang dengan rincian: petani produsen 5 orang; pedagang pengumpul/antar daerah orang; pedagang besar (grosir) 12 orang, dan pedagang eceran 25 orang (untuk 5 wilayah). Tingkat kerusakan di daerah produsen (petani dan pedagang pengumpul) mencapai 2-5 persen. Tingkat kerusakan di daerah konsumen (petani dan pedagang pengumpul) mencapai 2-5 persen. Tingkat kerusakan di daerah konsumen (pedagang besar dan eceran) mencapai 0,8 persen-10,6 persen atau 0,1 - 0,87 kg dari 8-17 kg, sedangkan kehilangan nilainya mencapai Rp 617- Rp.1.037.500. Faktor-faktor penyebab kerusakan cabai antara lain: 1) pemanenan dilakukan pada saat yang tidak tepat/umur cabai masih kurang menyebabkan tidak seragamnya warna maupun ukuran: 2) tidak dilakukan sortasi/memisahkan cabai yang sehat dengan cabai yang sakit/memar/lecet oleh petani yang mengakibatkan tertularnya cabai yang sehat: 3) alat-alat yang digunakan untuk panen seperti keranjang tidak dibersihkan dahulu dan digunakan juga untuk keperluan lain: 4) sistem bongkar muat yang kurang hati-hati, terutama pada waktu mengangkat, menyimpan dan menyusun dalam alat angkut: 5) penyusunan kemasan dalam alat angkut tidak mempertimbangkan kekuatan kemasan dan ventilasi, 6) sistem pengangkutan yang tidak baik, yaitu produk cabai dicampur dengan sayuran lain sehingga terjadi kontaminasi antara sayuran segar dengan sayuran yang buruk/memar; dan 7) sistem penyimpanan yang kurang baik karena produk cabai dijadikan satu tempat dengan produk/sayuran lain
显示更多 [+] 显示较少 [-]