Cotton and sesame intercropping on dry land
1995
Kadir, S. (Instalasi Pengkajian Teknologi Pertanian, Gowa, Sulawesi Selatan (Indonesia)) | Tandisau, P.
英语. An experiment on cotton and sesame intercropping on dry land was conducted at the experimental garden of the Bajeng Sub Research Institute for Tobacco and Fibre Crops Gowa, South Sulawesi. The experiment was carried out from March to August 1994, The aim was to observe the growth, yield and farm income of cotton and sesame under intercropping pattern by using various plant spacings of cotton and sesame. A randomized block design was used with three replications. Treatments consisted of three cotton plant spacings, viz: 100 cm x 25 cm, 125 cm x 25 cm, and 150 x 25 cm; and two sesame spacings viz: 30 cm x 25 cm and 40 cm x 25 cm, single cropping of cotton and sesame. The results showed that the plant spacing of cotton and sesame in either intercropping or in single cropping affected the number of generative branches, number of bolls and seed cotton yield. Cotton and sesame yield appeared higher in single cropping than those in intercropping. However, the highest farm income (Rp 1 011 000) was obtained from intercropping cotton with sesame using cotton plant spacing of 125 cm x 25 cm and sesame plant spacing of 40 cm x 25 cm, with land equivalent ratio (LER) of 1.50
显示更多 [+] 显示较少 [-]未知. Penelitian pola tanam kapas dan wijen dalam bentuk tumpangsari di lahan kering telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Sub Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat Bajeng. Kabupaten Gowa, dari bulan Maret sampai dengan Agustus 1994. Bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil, serta pendapatan usahatani kapas dan wijen, melalui pengaturan jarak tanam. Dalam penelitian ini digunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri atas tiga kombinasi jarak tanam kapas dan dua kombinasi jarak tanam wijen, jarak tanam kapas: 100 cm x 25 cm, 125 cm x 25 cm, dan 150 cm x 25 cm; sedang jarak tanam wijen: 30 cm x 25 cm, dan 40 cm x 25 cm. Disamping itu juga terdapat perlakuan monokultur kapas dan wijen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jarak tanam kapas dan wijen baik dalam pola monokultur maupun tumpangsari berpengaruh terhadap jumlah cabang generatif, jumlah buah, produksi serat kapas berbiji, tinggi tanaman, jumlah polong, dan produksi kering wijen. Produksi serat kapas berbiji dan produksi wijen kering lebih tinggi pada pola monokultur dibanding pola tumpangsari. Produksi serat kapas berbiji tertinggi 1 540 kg/ha dengan jarak tanam 100 cm x 25 cm, sedang produksi wijen tertinggi 708.03 kg/ha dengan jarak tanam 30 cm x 25 cm, keduanya pada pola monokultur. Namun demikian, pendapatan bersih petani lebih tinggi pada pola tumpangsari dibandingkan dengan monokultur. Pendapatan usahatani tertinggi Rp. 1 011 000 dicapai pada kombinasi jarak tanam kapas 125 cm x 25 cm dan wijen 40 cm x 25 cm, dengan Nilai Setara Laban (NSL) 1.50
显示更多 [+] 显示较少 [-]