[Artificial sex pheromones in controlling army worms [Spodoptera litura] in soybeans]
1996
Suharto, H.
未知. Salah satu hama utama yang menyerang kedelai ialah ulat grayak (Spodoptera litura F). Walaupun pengendalian hama ini dilakukan dengan konsep pengendalian hama secara terpadu (PHT) namun dalam pelaksanaannya lebih mengandalkan insektisida saja. Seks feromon untuk ngengat betina ulat grayak telah lama diidentifikasi dan telah diproduksi secara komersial. Di negara lain seks feromon buatan telah dipakai dalam mengendalikan ulat grayak. Di Indonesia penelitian ke arah itu sudah dilaksanakan sejak tahun 1974. Berdasarkan ngengat yang tertangkap oleh perangkap seks feromon yang dipasang pada empat agroekosistem yaitu di Sukamandi dan Lembang (Jawa Barat), Kendal (Jawa Tengah) dan Mojosari (Jawa Timur) memberi petunjuk bahwa ulat grayak terdapat di seluruh pulau Jawa. Tangkapan ngengat pada daerah yang bervariasi vegetasinya terjadi sepanjang tahun dan tidak terlalu berfluktuasi. Pada agroekosistem padi yang jelas masa beranya menunjukkan rendahnya populasi selama periode bera dan awal musim hujan dan populasi yang meningkat pada musim kemarau. Ngengat yang tertangkap paling banyak diperoleh dari perangkap yang dipasang pada ketinggian 2 m di atas permukaan tanah. Namun tangkapan dari perangkap yang dipasang pada ketinggian lebih dari satu meter tidak berkorelasi dengan populasi ulat grayak di lapangan. Ngengat yang tertangkap perangkap yang dipasang sejajar dengan kanopi tanaman kedelai menunjukkan korelasi positif dengan jumlah kelompok telur ulat grayak di lapangan. Korelasi tersebut hanya berlaku sampai tanaman berumur kurang dari 5 minggu pada pola tanam padi-padi kedelai. Ngengat yang tertangkap sebanyak 65 ekor/minggu merupakan ambang kendali untuk tanaman kedelai pada pola tanam padi-padi-kedelai. Penangkapan massal mass trapping ngengat jantan dengan perangkap seks feromon dapat mengurangi frekuensi aplikasi insektisida sampai 50 persen
显示更多 [+] 显示较少 [-]