细化搜索
结果 1-6 的 6
[Use of shallow ground water for food cropping]
1996
Juliardi, I. | Syamsiah, I. | Wardana, P. | Arsana, K.D. | Rustiati, T.
Air tanah sangat potensial untuk mengairi tanaman pangan terutama palawija di lahan tadah hujan. Salah satu cara pemanfaatan air tanah tersebut dengan membuat sumur pantek. Hal ini memungkinkan karena kedalaman air tanah relatif dangkal (10-15 m dari permukaan tanah). Pengembangan air tanah tersebut akan berdaya guna apabila manfaat yang diperoleh cukup besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Frekuensi pemberian air tiap 14 hari tidak berpengaruh nyata terhadap hasil kedelai dan jagung di Sukamandi (Subang), Haurgeulis (Indramayu) dan Adipala (Cilacap) dibandingkan pemberian air tiap 7 maupun 10 hari. Penyaluran air yang berasal dari pompa menggunakan slang plastik untuk mengurangi kehilangan air selama penyaluran sehingga menghemat bahan bakar pompa. Besar biaya untuk pengoperasian pompa rata-rata Rp 240.000,- dan Rp 265.000,- masing-masing untuk kedelai dan jagung sedangkan keuntungan bersih rata-rata budidaya kedelai dan jagung masing-masing Rp 374.000,-/ha dan Rp 321.000,-/ha
显示更多 [+] 显示较少 [-][Water management system to support food crop development in tidal swamp land]
1995
Noor, M. | Saragih, S.
Beragam komoditas pangan dapat dikembangkan di lahan pasang surut, namun yang sangat menonjol adalah tanaman pangan berupa padi dan palawija. Dalam perkembangannya pengelolaan air merupakan kunci yang sangat menentukan dalam peningkatan produktivitas lahan dan intensitas tanam. Hasil penelitian menunjukkan pengelolaan air, pelumpuran dan pemberian kapur dapat meningkatkan hasil padi dari 1,26 t GKG/ha pada tahun pertama pembukaan menjadi 4,03 t/ha setelah pengusahaan tiga tahun dengan penerapan pengelolaan air yang diperbaiki dengan sistem irigasi, drainase dan intersepsi (one flow system) secara berkesinambungan dalam tiga musim tanam. Pelumpuran pada MT I menurunkan hasil padi, tetapi pada MT selanjutnya pelumpuran dapat meningkatkan hasil antara 17-32 persen dibandingkan dengan MT I. Pergiliran tanaman dengan palawija memberikan hasil yang cukup baik, terutama dengan kedelai. Jumlah pemberian kapur cukup berpengaruh terhadap tingkat hasil yang diperoleh baik pada tanam 1 (padi) maupun tanam ke-2 (kedelai dan kacang tanah). Hasil padi dan palawija terbaik yang dicapai 2,73 t gabah kering giling (GKG), 2,03 t biji kering kacang tanah, dan 1,54 t biji kering kedelai. Residu 4 t kapur/ha (L3) yang diberikan pada musim tanam ke-1 dan ke-2 dapat memberikan peningkatan hasil padi sebesar 85 persen dan hasil kedelai sekitar 4 kali lipat. Pengolahan tanah dapat meningkatkan secara nyata baik hasil padi pada tanaman 1 dan palawija (kacang tanah dan kedelai) pada tanam 2. Pada lahan pasang surut tipe B, dengan sistem drainase dangkal dimungkinkan untuk tanam palawija dalam 2-3 kali setahun. Kapur dan pemupukan berpengaruh cukup besar terhadap hasil palawija. Hasil terbaik palawija yang dicapai masing-masing 4,41 t pipilan kering jagung, 3,52 t biji kering kacang tanah, dan 2,2 t biji kering kedelai per ha
显示更多 [+] 显示较少 [-][Soil and water conservation combine farm enterprise pattern of food crop and forestry]
1984
Machfudh | Sumantri, I. (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor (Indonesia))
Pembinaan sumberdaya alam merupakan salah satu faktor penting dalam pembinaan wilayah transmigrasi. Wilayah pemukiman transmigrasi yang sebagian besar berasal dari hutan primer memerlukan penanganan khusus dan teliti dalam masalah pemanfaatan lahannya. Mata pencaharian pokok transmigran umumnya sebagai petani, oleh karena itu usahatani yang dilakukan di awal masa penempatan merupakan usahatani tanaman pangan semusim. Untuk keperluan penunjang lainnya para transmigran berorientasi pada pemanfaatan hutan sekelilingnya. Dengan pengelolaan yang baik pola usahatani kehutanan dapat bertindak sebagai daerah penyangga bagi hutan-hutan sekitarnya dan perbaikan kondisi kapasitas lahan itu sendiri. Keterpaduan usaha pengelolaan harus ditunjang oleh landasan ilmiah yang mantap khususnya bagi wilayah-wilayah agro ekosistem yang khas.
显示更多 [+] 显示较少 [-]Food filtering process of Daphnia carinata King to assess the water soluble detergent
1987
Sastrodihardjo, S. | Zulkifli, H.
Water organism such as zooplankton fish were used quite often as indicators for water quality in connection with chemically toxic substance in water. Several criteria could be used such as LC50, population index, and physiological phenomena. Bioassay that rely on this physiological phenomena was meant to measure the sublethal effect of the suspected toxic substance on the organisms. Further development of sublethal bioassay using filtering rate of Daphnia carinata (Cooley, 1977; McMahon, 1966) has taken place for a certain detergent. Yeasts cells tagged with P-32 were used as food for Daphnia carinata and the filtering rate was measured from the radioactivity of these crustaceans after a certain period of feeding time. Comparison was made between the feeding rate in the medium with and without the detergent and they appeared to be different.
显示更多 [+] 显示较少 [-]The application of water pump for food crops grown on dry land and rainfed lowland condition
1999
Firmansyah, I.U. | Prabowo, A. | Prastowo, B. (Balai Penelitian Jagung dan Serealia Lain, Maros (Indonesia))
Most of secondary crops in Indonesia are grown on dry land and rainfed lowland condition. Under dry land condition maize, peanut and soybean are planted in early wet season; and late wet season under rainfed lowland in order to make use of available moisture. However, insufficient rainfall often occurs during the growing season of the crops. Application of water pump is necessary to provide enough moisture for plants, particularly in intensification program of production system. Appropriate use of water pump is determined by its type and engine, discharge capacity, irrigation method, and crops. Several types of water pump have been developed by RIMC (previously, MORIF). This paper describes and reviews some technical specification of water pumps and irrigation method for maize, soybean, and peanut. Financial analysis of the water pump application is presented. A modified axial pump, 8 inches in diameter (PS-3), used under riverbank of less than 30 deg. in slope, suction lift of less than 4 m has discharge less than capacity of 134.1 cubic meter/h. Provided that water requirement for maize, peanut, and soybean were 420, 351, 271 mm/ha/season, respectively, application of the water pump would be able to irrigate 26.4 ha, 31.6 ha, and 40.9 ha of maize, peanut, and soybean crops, respectively. Effective use of the water pump in maize is attairable when 50 percent ETA of water requirement is supplied during the first four weeks after planting then all (100 percent ETA) of the water need should be supplied for the later stages of the crop. In peanut effective application is achievable when water is pumped every 14 days (70 mm/ha/season) during vegetative stage followed by more frequent every 7 days (35 mm/ha/season) pumping during generative stage. In soybean, application of water pump is recommended every 14 days beginning post emergence up to maturity stages. All of the mentioned practice water distribution apply furrow irrigation method. The result of the financial analysis for water pump rental business showed B/C ratio 2.06; IRR 106.55 percent and BEP 5.60 ha/season/year | Sebagian besar produksi tanaman pangan (palawija) di Indonesia pada lahan kering dan sawah tadah hujan. Pada umumnya, tanaman jagung, kacang tanah dan kedelai tumbuh pada awal musim hujan di lahan kering dan akhir musim hujan pada sawah tadah hujan. Selama satu tahun pertanaman, palawija mengalami keterbatasan ketersediaan lengas tanah. Intensifikasi pertanaman palawija pada lahan kering dan sawah tadah hujan perlu penggunaan pompa air. Penggunaan pompa air ditentukan antara lain: tipe pompa dan enjin, kapasitas pemompaan, cara pemberian air dan jenis tanaman. Beberapa tipe pompa air telah dikembangkan oleh Balittan atau Balitjas. Makalah ini menyajikan spesifikasi pompa air, cara pemberian air pada tanaman jagung, kedelai dan kacang tanah dan analisis finansial. Modifikasi pompa aksial (pompa sepak) ukuran diameter 8 (PS-3) inchi pada kondisi tebing sungai kurang dari 30 derajat, daya capai kurang dari 4 m, dan mempunyai kapasitas pemompaan 134,1 meter kubik/jam. Pemberian air dengan pompa ini (420 mm/ha/musim, jagung); (351 mm/ha/musim, kacang tanah); (271 mm/ha/musim, kedelai) adalah cukup untuk mengairi seluas 26,40 ha tanaman jagung; 31,58 ha tanaman kacang tanah; dan 40,93 ha tanaman kedelai. Kinerja pompa ini menjadi baik dan dapat meningkatkan hasil dan berat berangkasan pada saat pemberian air 50 persen ETA mulai perkecambahan sampai dengan pemantapan tumbuh untuk tanaman jagung setiap 14 hari sekali (70 mm/ha/musim) pada fase vegetatif kemudian 7 hari sekali (35 mm/ha/musim) pada fase generatif untuk tanaman kacang tanah, setiap 14 hari sekali pada saat fase perkecambahan sampai dengan menjelang panen untuk tanaman kedelai. Metode pemberian air umumnya adalah alur terbuka. Analisis finansial untuk pemilik pompa air menunjukkan bahwa B/C ratio 2,06, IRR 106,55 persen dan BEP 5,60 ha/musim/tahun
显示更多 [+] 显示较少 [-]Use of Brachionus plicatilis as a natural food and of reduced quantity of sea water in production of post larvae of the giant freshwater prawn
1986
Suharto, H.H. | Ismail, A.
This experiment was conducted as a factorial experiment to determine the effects of two factors as well as interaction of these on production of post larvae of the giant freshwater prawn. The first factor was type of food comprising two levels namely Brachionus plicatilis and Artemia salina, respectively, while the other was intervals of exchange of one fifth of the volume of culture media comprising two levels namely two and five days, respectively. Duration of the experiment was 42 days. Results of the experiment indicate that there were no significant difference among the effects of the two factors or interaction of the two on post larvae production of the prawn (P0.05). Average production ranging from 1660 to 2309.5 post larvae were recorded for the four treatment combinations.
显示更多 [+] 显示较少 [-]